Kapal Phinisi adalah jawaban yang Anda cari, ketika Anda ingin mencari pengalaman berlibur di laut yang seru? Apakah Anda sudah bosan dengan wisata laut yang seperti biasa, atau sedang mencari suasana yang lebih private untuk acara keluarga?

Wisata laut dengan kapal Phinisi

Sebuah kapal tradisional yang satu ini tidak hanya akan memberikan Anda experience berlayar seperti biasa tapi juga memberikan kesan mewah dan eksklusivitas yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Apa itu Kapal Phinisi?

Suasana Kapal Phinisi

Menurut Kemdikbud, Kapal Phinisi adalah salah satu warisan bahari Indonesia berupa kapal tradisional, yang dibuat dengan teknologi tradisional oleh masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. 

Kapal yang juga dikenal sebagai perahu pinisi ini memiliki keunikan tersendiri dari bentuk dan desainnya. 

Awalnya, Kapal Phinisi ini berfungsi sebagai kapal untuk mengangkut barang antar pulau. Sejarah Phinisi ini semakin dikenal setelah Kerajaan Bone mulai memesan banyak kapal setelah mereka menang dalam perang makasar.

Jika melihat dari website Indonesiabaik, Kapal Phinisi memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan sudah ada sejak era 1500-an. 

Kapal Phinisi ini menjadi legendaris dan andalan untuk para pelaut tangguh dari berbagai suku di Sulawesi Selatan.

Dari sumber tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan kalau Phinisi adalah mahakarya dari Pelaut Indonesia.

Tentu saja yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi.

Saat ini proses pembuatan kapal juga menghadapi masalah, karena semakin langka kayu berkualitas yang menjadi bahan utama dalam pembuatan kapal tradisonal ini.

Definisi dan Ciri Khas Kapal Phinisi

Liburan dan Relax di atas kapal Phinisi yang sudah diakui UNESCO

Yang membuat Kapal Phinisi ini unik adalah desain yang khas. Kapal ini sangat mudah dikenali diantara kapal-kapal tradisional lain.

Menurut Kompas keunikan Kapal Phinisi dapat dilihat pada konstruksi yang menggunakan dua tiang layar utama dengan tujuh helai layar.lasan Kapal ini memiliki tujuh layar karena itu adalah simbil kejayaan maritim nenek moyang indonesia yang mampu mengarungi 7 samudra di dunia.

Kapal tradisional khas Suku Bugis ini dibangun sepenuhnya dari kayu, menggunakan empat jenis kayu pilihan yang sudah dikenal kuat, kayu tersebut adalah kayu besi, bitti, kandole atau punaga, dan jati. 

Keempat jenis kayu ini dipilih karena daya tahannya yang tinggi terhadap cuaca dan air laut.

Yang menarik dari Kapal Phinisi adalah yang awalnya digunakan sebagai kapal dagang, hingga sekarang berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan menjadi kapal wisata.

Baca juga: Kapal Phinisi: Tradisi Lokal yang Jadi Mampu Bersaing dengan Yacht Modern

Sejarah Singkat Kapal Phinisi

Tidak banyak kapal di dunia yang memiliki sejarah panjang dan seindah Kapal Phinisi. 

Menurut Kompas sejarah Kapal Phinisi dapat dilihat hingga tahun 1500-an. Kapal tradisional ini bukan hanya dikenal di Indonesia, tapi juga sudah diakui secara internasional sebagai warisan budaya bahari Indonesia yang istimewa.

Jika Kompas mengatakan sekitar tahun 1500-an, menurut Bobo Grid sejarah kapal ini bahkan lebih tua dari yang diperkirakan, karena tercatat dalam naskah lontar La Gilo yang yang berasa dari adab ke-14.

La Galigo adalah karya sastra terpanjang di Dunia, menurut Indonesia.go.id panjangnya naskah La Galigo ini melampaui panjang Mahabarata, Ramayana.

Dalam La Galigo diceritakan asal-usul Phinisi yang sangat menarik. Awalnya kapal tersebut dibuat oleh Pangeran Saweigading, yang merupakan putera Mahkota Kerajaan Luwu untuk tujuan meminang Putri We Cudai di Negeri Tiongkok.

Setelah beberapa tahun menetap di Tiongkok, sang pangeran kembali ke Luwu dengan kapal yang sama. Namun dalam perjalanan pulang, kapalnya diterjang ombak besar hingga terbelah menjadi tiga bagian. 

Bagian-bagian kapal tersebut terdampar di tiga desa berbeda: Ara, Tanah Beru, dan Lemo-Lemo. Cerita ini berakhir ketika penduduk desa menyatukan kembali kepingan-kepingan kapal menjadi satu.

Dari mana asal Usul Nama Phinisi

Crew Kapal Phinisi

Nama “pinisi” – yang juga ditulis sebagai “pinisiq”, “pinisi”, atau “phinisi” – menyimpan makna yang dalam.

Menurut riset dari STEKOM Semarang  pinisi sebenarnya mencakup seluruh sistem pelayaran, mulai dari cara pemasangan tiang, cara menyusun tiang, hingga menghubungkan tali yang digunakan pada kapal layar tradisional Indonesia ini.

Ada beberapa versi menarik tentang asal-usul nama pinisi. Mengutip dari Wikipedia, yang merujuk pada karya-karya Nasaruddin Koro (2006) dan Muhammad Arief Saenong (2013), terdapat dua teori utama:

Versi pertama mengisahkan bahwa nama pinisi berasal dari raja Tallo bernama I Mangnginyarrang Daéng Makkiyo, yang memberikan nama ini untuk kapalnya. 

Nama tersebut merupakan gabungan dari dua kata yang memiliki makna mendalam: “picuru” yang berarti “contoh yang baik” dan “binisi”, nama ikan kecil yang terkenal dengan kelincahan dan ketangguhannya menghadapi arus dan ombak.

Versi kedua menyebutkan bahwa nama pinisi berakar dari kata dalam bahasa Bugis: “panisi” yang berarti “sisip” atau “mappanisi” yang berarti “menyisipkan”. 

Istilah ini berkaitan erat dengan proses pembuatan kapal, khususnya teknik mendempul. “Lopi dipanisi” atau “perahu yang disisip/didempul” diyakini mengalami perubahan pengucapan seiring waktu hingga menjadi “pinisi” seperti yang kita kenal sekarang.

Kapal Phinisi Diakui UNESCO

Kapal Phinisi telah diakui oleh dunia pada tanggal 7 Desember 2017 sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada 7 Desember 2017. 

Penetapan bersejarah ini dilakukan dalam Sidang ke-12 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Pulau Jeju, Korea Selatan. Secara resmi, pinisi terdaftar dengan nama “PINISI: Art of Boatbuilding in South Sulawesi” dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Tentu saja, pengakuan Kapal Phinisi ini adalah momen penting bagi bangsa Indonesia. Karena pinisi bukan kapal biasa, pinisi memiliki nilai sejarah panjang dan juga sebagai representasi teknologi maritim tradisional yang terus menerus diwariskan selama ratusan tahun.

Dampak Kapal Phinisi setelah diakui oleh UNESCO

Setelah Kapal ini diakui oleh UNESCO, maka ini akan menjadi tanggung jawab besar bagi Indonesia.

Sekretariat ICH UNESCO memberikan catatan khusus tentang pentingnya program pelestarian, terutama dalam dua aspek utama.

Pertama, kita harus menjamin bahan baku untuk pembuatan Kapal Phinisi.

Kedua, memastikan ada program pendidikan yang komperhensif, baik secara formal, informal, maupun nonformal.

Agar terus mewariskan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat kapal tradisional ini kepada generasi setelah kita.

Kapal Phinisi untuk Anda yang Mencari Pengalaman Berlibur Yang Tidak Terlupakan

Gambar kapal Nala Phinisi

Setelah mengetahui sejarah panjang dan melihat keindahan dari Kapal Phinisi.

Tentu, Anda akan valid jika mengatakan kalau Kapal Phinisi bukan sekadar alat transportasi laut biasa

Anda berlibur di antara warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO,dan melihat langsung bukti nyata maritim nusantara.

Dengan desain yang indah, teknik pembuatan tradisional yang teruji waktu, serta evolusinya menjadi kapal wisata premium.

Pinisi menawarkan pengalaman berlayar yang tak terlupakan.

Jika Anda ingin mencoba pengalaman ini dengan gaya dan kenyamanan terbaik, Nala Pinisi adalah pilihan yang sempurna.

Di Nala Pinisi, kami menerjemahkan warisan agung ini menjadi pengalaman wisata laut premium yang menghadirkan keseimbangan sempurna antara kemewahan modern dan kearifan lokal. 

Dari kabin mewah dengan interior kontemporer hingga akses ke destinasi eksklusif, setiap detail dirancang untuk memastikan perjalanan Anda istimewa.

Mulai Wisata Laut Premium Anda dengan Nala Phinisi Sekarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Stay connected

CONTACT US

info@ldsgroup.id | +62 21720522

Stay Connected :